Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Pada Dikala Perang Dingin

Jelaskan Faktor Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Pada Perang Dingin serta pengaruhnya bagi perkembangan politik dunia dan muncul pertanyaan wacana runtuhnya uni soviet terhadap keadaan global brainly - Istilah “komunisme" memang tidak ada habisnya kalau dibicarain di Indonesia, mulai dari isu-isu kebangkitan PKI, poster-poster wacana PKI, dan sebagainya. Sekalipun sering membicarakan wacana “komunis", kita mungkin jarang mendengar wacana “Uni Soviet”, selain kisah-kisahnya heroiknya dalam Perang Dunia ke 2.

Jelaskan Faktor Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Pada Perang Dingin serta pengaruhnya bagi pe Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Pada Saat Perang Dingin

Uni Soviet merupakan negara komunis pertama, yang berhasil muncul sebagai negara adidaya, sehabis berakhirnya Perang Dunia ke 2. Sebagai “pewaris” dari Kekaisaran Rusia, Uni Soviet berhasil memperluas daerahnya sampai ke Eropa Tengah, melalui banyak sekali negara satelit yang mungkin lebih dikenal dengan istilah “Pakta Warsawa”. Uni Soviet sangat populer akan kemajuannya dalam bidang teknologi & militer, khususnya mengenai teknologi roket.

Berkat kemajuannya di bidang tersebut, Uni Soviet bisa mengirimkan insan pertama, Yuri Gagarin ke ruang angkasa & kembali dengan selamat ke bumi, lengkap dengan poster promosinya yang berjudul “Aku Tidak Melihat Tuhan Disana”.

Selain itu, Uni Soviet juga sangat menonjol di bidang olahraga, ia sering menjadi juara dengan perolehan medali terbanyak ketika olimpiade. Namun dengan segala pencapaiannya, bagaimana mungkin negara itu bisa runtuh? Ingin tahu? Sebelum itu, mohon untuk disubcribe dlu ya guys😉 Runtuhnya Uni Soviet, sangat dekat hubungannya dengan 2 kebijakan yang diambil pemimpin terakhirnya, Mikhail Gorbachev 2 kebijakan tersebut yaitu glasnost & perestroika yang ia yakini sebagai alasan mengapa negara barat bisa lebih maju dari negaranya.

Glasnost (keterbukaan) merupakan kebijakan yang menjamin kebebasan berpolitik & beropini bagi masyarakatnya. Melalui kebijakan ini media-media di Uni Soviet menjadi jauh lebih bebas, dalam menceritakan persoalan & keadaan negara yang sebenarnya.

Sedangkan perestroika (restrukturisasi) merupakan kebijakan yang bertujuan untuk mengubah sistem ekonomi Uni Soviet, dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi pasar (atau setidaknya .. adonan ..).
Mungkin kau bertanya? Bagaimana mungkin negara yang media massanya serba di sensor & sistem ekonomi begitu terpimpin, tapi pemimpinnya bisa mengambil kebijakan sedrastis itu? Apa yang menimbulkan nya? Banyak yang menggangap Mikhail Gorbachev, sebagai pemain drama utama yang menimbulkan keruntuhan dari Uni Soviet.

Sekalipun perkataan itu tidak sepenuhnya salah, namun ada hal-hal lainnya yang harus kita bahas terlebih dahulu, menyerupai “Siapakah Gorbachev, apakah ia seorang yang berprestasi / seorang yang hanya mengandalkan koneksi?” “Bagaimana keadaan Uni Soviet ketika ia dipilih sebagai seorang pemimpin?” dan tentunya .. “Mengapa ia mengambil kebijakan tersebut?” Berbagai pertanyaan ini, akan membantu kita dalam melihat citra besar, dari kejatuhan Uni Soviet.

Dengan mempelajarinya, kita tentu sanggup mengambil hikmatnya, untuk diterapkan dalam kehidupan kita masing-masing. Mikhail Gorbachev bukanlah seorang pemimpin yang bodoh, semenjak masa mudanya ia yaitu seorang yang berbakat & berwawasan luas. Di usianya yang gres 16 tahun, pertanian kolektif yang dikelolanya berhasil melebihi sasaran yang diminta oleh negara, untuk itu ia menerima penghargaan.

Setelah lulus dari Sekolah Menengan Atas dengan nilai yang gemilang, ia menerima beasiswa di Universitas Moskow. Berkat pencapaiannya di bidang pertanian, Gorbachev semakin dipercaya oleh pemerintah, sehingga baik koneksi maupun karirnya meningkat dengan pesat. Sekalipun demikian, ketika ia menjabat sebagai pemimpin Uni Soviet, ia semakin melihat bagaimana negaranya begitu tertinggal, jikalau dibandingkan dengan negara-negara barat.

Baginya hal ini tidak terlepas dari adanya korupsi & banyak sekali kebijakan yang salah dari para pemimpin sebelumnya, menyerupai dengan melaksanakan intervensi militer di Afganistan, maupun program-program militer yang sangat menghabiskan anggaran negara. Berbagai kebijakan tersebut menciptakan Uni Soviet gagal memakai anggaran yang ada dengan maksimal, alhasil kondisi ekonomi Soviet semakin tertinggal dengan negara-negara barat.

Gorbachev melihat kondisi ini, hanya sanggup diperbaiki dengan memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang bersifat revolusionir. Oleh karenanya, sebagai seorang yang sangat berwawasan, ia memutuskan untuk mengambil 2 kebijakan, Glasnost (keterbukaan) & Perestroika (restrukturisasi). Program Perestroika (restrukturisasi) bersama-sama bukan merupakan kebijakan baru, ketika Uni Soviet gres berdiri, sang pendirinya Vladmir Lenin sempat menekankan ekonomi terpimpin.

Namun, ketika ia melihat bahwa perekonomian negaranya justru mengalami penurunan, ia menggantinya dengan sistem ekonomi campuran. Setelah kematiannya, kepemimpinan Soviet jatuh kepada Joseph Stalin, ia eksklusif menggantikan sistem tersebut, kembali ke sistem ekonomi terpimpin. Sistem itu terus berjalan sampai ketika Gorbachev, terpilih menjadi pemimpin Uni Soviet.

Hal inilah yang mungkin menginspirasi Gorbachev dalam mengambil kebijakan barunya. Dengan keterbukaan media (Glasnost), ia percaya sanggup memaksa para pemerintah Uni Soviet, untuk bekerja dengan lebih baik, psi. lebih efisien, sekaligus menekan tingkat korupsi. Mereka yang bekerja dengan baik akan dihargai dengan diliput oleh media, sedangkan mereka yang tidak bekerja dengan baik atau bahkan korupsi, akan dieksekusi dengan media, sebelum dieksekusi dengan aturan yang berlaku.

Sekalipun demikian, nampaknya ada harga yang harus dibayar dalam menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut yaitu “kepercayaan rakyat”, mata uang yang sangat penting bagi setiap pemerintah.

Hal ini bahkan diperburuk dengan kejadian "Bencana Chernobyl", yang merupakan kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah manusia. Ketidakmampuan Uni Soviet dalam mencegah kejadian tersebut sekaligus lambatnya penanganan, menciptakan nama Uni Soviet tercorang baik di dalam negeri maupun internasional.

Namun bagaimana Gorbachev harus mengatasinya? Apakah harus mencoret kembali agenda keterbukaannya (Glasnost)? Gorbachev mungkin merasa hal ini merupakan ujian bagi “kesungguhan” pemerintahnya dalam menjalankan kebijakan demi kebijakan, ia percaya “modernisasi” memang membutuhkan proses dalam mencapainya.

Ia mengingat bagaimana pemimpin Rusia, yang dikenal dengan “Peter the Great” berhasil membawa modernisasi bagi Rusia, dan mengejar ketertinggalannya dari barat. Keadaan ekonomi Soviet yang semakin memburuk, memaksanya untuk memotong anggaran yang tidak terlalu penting / diperlukan.

Dari banyak sekali bidang yang ada, yang dipilih oleh Gorbachev yaitu militer, KGB (dinas intelijen Soviet), dan subsidi untuk negara pakta Warsawa. Oleh karenanya, kita bisa melihat bagaimana sehabis kepemimpinannya, Soviet mulai mengurangi jumlah senjata nuklir beserta infrastrukturnya.

Sekalipun terdengar indah & mengajar perdamaian, intinya kebijakan tersebut merupakan potongan dari pemotongan anggaran militer khususnya dalam bidang perlombaan senjata dengan negara barat, yang sangat memboroskan anggaran Soviet.

Gorbachev bahkan melangkah lebih jauh lagi, dengan memperlihatkan kebebasan yang lebih luas bagi negara-negara satelit Uni Soviet, menyerupai mirip kebijakan otonomi kawasan di Indonesia. Kebijakan otonomi / non-intervensi inilah yang pada akibatnya menimbulkan pristiwa runtuhnya tembok Berlin.

Keputusannya untuk tidak mengintervensi pristiwa “runtuhnya tembok Berlin”, padahal terdapat 300 ribu tentara Uni Soviet yang ditempatkan di Jerman Timur menunjukan pendiriannya, walaupun insiden ini tentu sangat memberatkannya. Gorbachev niscaya bermaksud baik, dalam menjalankan banyak sekali kebijakan & reformasi bagi Uni Soviet.

Namun pada tanggal 25 Desember 1991, segala keputusan yang diambilnya justru membawa Uni Soviet negara tempat kelahirannya runtuh, sehabis 74 tahun berdiri

Bagaimana pendapatmu tentangnya? Apakah ia seorang pahlawan? atau seorang pengkhianat besar dari negaranya?

Namun sebelum kau berkomentar, kami ingin menceritakan bagaimana pristiwa serupa, seakan “pernah dialami” oleh Indonesia yaitu pada tahun 1999, ketika Timor Timur melepaskan diri.

Saat itu Gorbachev Indonesia, Presiden Habibie dengan berat hati, "setuju" Timor Timur merdeka dari Indonesia. Kebijakan yang diambilnya, seakan menciptakan Indonesia “diejek” di kalangan internasional.

Dengan menyatakan bahwa Indonesia hanya akil berbicara “kemerdekaan yaitu hak segala bangsa ..”, padahal mereka sendiri juga “menjajah” bangsa & negara lain. Namun bagi kami, keputusan non-intervensi yang diambil oleh pemerintahan Presiden Habibie, khususnya sehabis referendum itu terjadi, , justru memperlihatkan bagaimana Indonesia "berusaha" untuk melaksanakan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu yaitu hak segala bangsa dan oleh alasannya yaitu itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan lantaran tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.” Kaprikornus bagaimana komentarmu, atas semua insiden ini? 

Related Posts

0 Response to "Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Pada Dikala Perang Dingin"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel